Beberapa hari yg lalu saya dapat sms dari seorang teman. Isinya seperti ini:
"Passion is not what you are good at. It's what you enjoy the most."
Sebagai sarjana galau Indonesia kalimat itu membuat tendensi saya langsung mengarah ke masa depan. Kebetulan belakangan ini saya banyak berdiskusi beberapa teman mengenai masa depan. Saat ini, saya memang sedang mengalami fase 'future disoriented' dimana saya bahkan tidak tahu apa yang saya inginkan. Benar-benar hilang arah.
Dan kata 'passion' itu membuat pertanyaan 'apa yang saya inginkan?' menganak-pinakkan pertanyaan-pertanyaan lain yang semakin memburamkan pandangan akan masa depan saya sendiri.
Saya mau jadi apa setelah lulus?
Mau kerja dimana?
Kamu seneng di bagian apa?
Minatmu di bidang apa?
Passion pada dasarnya berasal dari kata kerja Yunani Kuno πάσχω (paskho) yang berarti mengalami adalah istilah yang diterapkan pada perasaan yang sangat kuat tentang seseorang atau hal. Passion atau Gairah adalah rasa emosi yang intens yang menarik, antusiasme, atau keinginan untuk sesuatu. A strong affection or enthusiasm for an object.
Jika sudah begini, maka pertanyaannya akan bertambah. 'Lhah, kamu merasa passion mu itu dimana to?'.
Ini memang bukan pertanyaan urgent yang harus ditanggapi secara seksama seperti halnya beberapa pertanyaan sebelumnya. Namun justru memikirkan jawaban dari pertanyaan ini merupakan suatu momentum yang sangat penting bagi seorang sarjana galau seperti saya. Suatu titik balik dimana saya merasa harus bergerak dari stagnansi saya ini dan mencari that damn stranger called passion.
Saya banyak dengar dari orang-orang 'dewasa' di luar sana-yang sudah menggapai 'masa depan' -mengenai masa depan itu sendiri. Agar sederhana, mari kita 'kemas' masa depan ini dalam suatu bentuk konkret bernama 'pekerjaan'. Kebanyakan dari mereka bilang 'jauh lebih enak kuliah daripada kerja', 'ya beginilah dunia kerja, gitu2 aja', 'kerja tu suatu rutinitas yg membosankan'. hlaaahh....
Memang tidak sedikit juga yang benar-benar mencintai dan menikmati pekerjaan dan profesi mereka saat ini, walau keberadaan orang-orang tersebut terbilang cukup langka, selangka bensin bersubsidi.
Banyak orang mulai merasa terjebak dalam dunia kerja hanya karena mereka kebetulan 'mengabdi' pada instansi yang keliru atau berkarya di jalan yang salah. Pertanyaannya sekarang, ketika dunia kerja mereka hanya terasa sebagai sebuah jebakan, semacam pengingkaran suara hati, apakah passion itu masih bisa dirasa eksistensinya??
"Suara hati itu cuma bisa ngalah kalau sudah kepentok yang namanya realita"
Realita hidup, terlebih di Indonesia saat ini sedikit demi sedikit menggerus keberadaan suara hati, intuisi, visi-misi idealis dan cita-cita kreatif. Ketika orientasi di sini bukanlah karya melainkan target dan deadline, bukanlah kepuasan melainkan penilaian atasan, dan ukuran akan kesuksesan melulu hanya soal uang, is that poor passion still alive??
Jaman mau masuk kuliah dulu, saya masih sangat pasarah sama yang namanya intuisi. Dan tanpa bisa dijelaskan jika ditanya, akhirnya intuisi itu yang membimbing saya masuk fakultas Farmasi lalu menjadi Sarjana Farmasi (Galau-ketika saya menulis ini) dan (calon-ketika saya menulis ini) Apoteker.
Lalu, apakah intuisi yang sama juga bisa diandalkan ketika saya mencari pekerjaan nanti? Atau saya harus banting setir seperti orang-orang 'dewasa' lain yang mulai berlari, chased by reality?? It sounds so damn pathetic, doesn't it? Dan mengingat intuisi saya macet sampai saat ini (dan tebaklah,,macetnya justru karena kehidupan perkuliahan yang sungguh menyita waktu, menekan secara maksimal fungsi dan kerja otak serta menganak-tirikan intuisi. kehidupan perkuliahan yang saya pilih justru berdasarkan intuisi. duh ironisnya), saya mulai dibingungkan dan dibuat galau dengan kepentingan mencari kerja ini. Dalam hal ini dititik beratkan pada pekerjaan yang saya minati (hlah, minatnya dimana saja masih bingung! nah to??? bagaimana coba??).
Namun, terlepas dari kegalauan dan kebingungan itu, saya tidak mau merasakan hal semacam kalau kita main video game balapan mobil terus tiba2 ada tulisan di layar "Wrong Way" dengan tanda seru yang banyak dan berkedip-kedip terus tidak mau hilang sampai kita muter dan kembali ke jalan yang benar. Saya hanya tidak mau, ketika saya sudah bekerja nanti saya selalu dibayang-bayangi tulisan wrong way yang berkedap-kedip terus seperti di video game tadi. Saya hanya tidak mau keliru memilih jalan. Saya berharap saya bisa jadi salah satu dari sedikit orang beruntung yang bisa menemukan 'passion' itu dan lalu memilikinya. Indahnya dunia jika kita punya pekerjaan dimana konteksnya tidak hanya tentang mencari nafkah, melainkan mencari kenikmatan, cinta dan kedekatan emosi antara kita dengan pekerjaan kita itu sendiri. Dengan demikian pencarian kita pun berujung dengan diperolehnya esensi dari kata passion itu sendiri, a strong affection or enthusiasm for an object. Dalam pekerjaan atau profesi apapun yang saya pilih nantinya, di situlah gairah saya tercurah... heeemmm,,sedapnya...
Akhirnya, sharing kegalauan hati ini saya tutup dengan kutipan kalimat yang cukup kontekstual untuk dipajang di sini.
"Kerjakan setiap pekerjaan anda dengan baik, dan anda akan mendapat kesempatan yang tepat untuk melakukan apa yang sesungguhnya anda dambakan" (Chicken Soup for The Woman's Soul).
Salam Galau!
Akhirnya, sharing kegalauan hati ini saya tutup dengan kutipan kalimat yang cukup kontekstual untuk dipajang di sini.
"Kerjakan setiap pekerjaan anda dengan baik, dan anda akan mendapat kesempatan yang tepat untuk melakukan apa yang sesungguhnya anda dambakan" (Chicken Soup for The Woman's Soul).
Salam Galau!
2 komentar:
Itu saya yang SMS..
Esmud galau..
:)))
Wahhh...sama banget nich dengan sikonku sekarang, jurusan kita sama dan yang jadi pembedanya adalah Saya mahasiswi tingkat akhir dan dirimu sudah sarjana, udah dapat solusinya? tolong ajari saya :-D
Posting Komentar