08
Desember

SERENADE


Ada seorang pemuda, yang selalu datang ke tempat ini seusai senja. Bahu kirinya memanggul gitar tua peninggalan ayahnya yang mati muda dan sebuket kembang dahlia digenggam di tangan lainnya. Pemuda itu akan duduk di tempat kesukaannya, di bawah rerimbunan pohon akasia dekat dengan semak palma. Dia duduk sabar menunggu, hingga mendengar lonceng angelus berdentang dari kejauhan. Saat itulah dia berdiri, mendongak menatap sebentuk jendela tertutup di lantai dua.

Sesaat setelah lonceng angelus tak lagi terdengar, daun jendela di lantai dua itu mengayun terbuka. Bagai sebuah pentas drama, bingkai jendela itu adalah panggung pertunjukkannya. Lampu benderang menyorot dari dalam ruangan dan menghasilkan sepetak cahaya di rerumputan. Lelaki itu lalu berdiri tepat di dalam petak cahaya dengan gitar dalam pelukan. Tirai tipis biru muda melambai, lalu bintang utama pun muncul lah.

Wanita muda itu bersandar di kusen jendela kamarnya. Angin petang yang menggigilkan berhembus menyibak tirai yang tak tertutup sempurna. Di waktu-waktu inilah, pemuda itu datang. Berdiri di bawah jendela kamar. Dengan maksud dan tujuan yang tak pernah disampaikan. Namun, entah mengapa kehadiran pemuda itu begitu dia tunggu. Begitu dia rindu. Disibakkannya tirai biru muda hingga terbuka, lalu mulailah pemuda itu memetik gitarnya.

Tirai yang terbuka bagai instruksi tanpa kata bagi si pemuda. Dari gitar yang disandangnya mengalunlah nada-nada indah. Angin menerbangkannya hingga lantai dua dan disampaikan sebagai rangkaian kalimat memuja. Sebongkah harapan menggumpal dalam hatinya. Semoga saja sang gadis pujaan suka.

Gadis itu memejamkan mata. Meresapi setiap nada, seolah itu adalah rayuan yang melelehkannya. Ya, dia meleleh karena sebaris melodi. Yang dimainkan pemuda yang bahkan tak pernah didengarnya bersuara. Apalagi berteriak memanggil namanya. Akan tetapi, wanita yang sudah terlalu muak dengan rayuan semu lelaki pasti mengerti. Nada-nada indah itu tak pernah berucap kepalsuan. Semua yang didengarnya tulus dan tak menuntut. Labuhan pamungkas, tempatnya berlabuh tanpa perlu was-was.

Petikan gitar itu berhenti. Sang pemuda menatap gadis di atas sana seakan berkata, sekian. Senyum lebar mengusaikan rayuan dalam nadanya hari ini. Hanya itu yang sanggup dilakukannya dalam nama ketidaksempurnaan. Dia tahu dia takkan sanggup menawarkan kata-kata. Namun dia juga tahu, musik tak pernah gagal menyampaikan makna.

Sang pemuda mengacungkan selembar kertas ke atas, hingga si gadis dapat membaca sederet kata tertulis di atasnya. "Apa selanjutnya?"
Lalu gadis itu melemparkan segulung kertas balasan. Huruf-huruf rapi tuan putri berbaris di sana. "Salut d’Amour, Edward Elgar", itu permintaan selanjutnya. Sebuah pekerjaan rumah yang akan dirampungkannya dengan sukacita. Beberapa hari lagi dia akan kembali. Dengan gitar kesayangangan, memainkan lagu permintaan gadis pujaan.

Petang datang terlampau cepat. Ketika hari hanya menyisakan gulita, pemuda itu mengundurkan diri. Sebelum pergi, pemuda itu tak pernah lupa satu hal. Setelah meletakkan bunga dahlia yang dibawanya di bawah jendela, dia menyampaikan sepenggal isyarat. Telunjuk menunjuk dadanya sendiri, kemudian disilangkannya kedua tangan yang jemarinya terkepal di depan dada sebelum akhirnya mengarahkan telunjuknya ke atas, tepat ke arah gadis itu berada.
Gadis itu tersenyum. Dianggukkannya kepala sebagai tanda. Dia tahu, bahasa tanpa suara itu hanya berarti satu.
Aku mencintaimu.

6 komentar:

Teman Seperjalanan mengatakan...

ada coaching clinic nulis cerpen gak sih? mbok aku diajari :))

Maria Yolanda mengatakan...

sini aja jg msh blajar. kayaknya memang hrs sering2 nulis, biar jd biasa gt.

luchelucie mengatakan...

Mbak Jola, don't you know that everytime I read your story, you always remind me about the beauty of writing? about love, actually.:D

Maria Yolanda mengatakan...

i wish i could feel it, not only write it. about the beauty of love, i mean.. hehehe

Maria Yolanda mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Teman Seperjalanan mengatakan...

ayo sama-sama di seringin nulisnnyyaa

Posting Komentar