Rahasia Langit

Gita
Apa yang salah dengan kita?
Bukan, apa yang salah dengan beda?

Danu
Gita itu cinta
Cinta itu beda
Beda itu sakit juga ternyata


Aku malaikat cinta. Bukan, bukan cupid. Harap dibedakan. Bukankah cupid hanya eksis di kartu valentine? Jangan samakan aku dengan makhluk konyol tanpa busana yang hobi memanah itu. Aku punya prestige dan pencitraan diri yang elite. Ya, aku adalah si malaikat cinta. Dari divisi cinta beda keyakinan. Aku adalah supervisor yang mengawasi, mengatur dan mengontrol semua cerita asmara yang terkait dengan perbedaan tentang apa yang diyakini. Tentu hal 'yang diyakini' dalam konteks ini tidaklah sesepele macam, aku yakin aku suka kamu-tapi kamu tidak yakin suka padaku. Bukan itu. Ini keyakinan yang berbau prinsipil. Gampangannya, ini tentang kisah cinta yang mengusung perkara beda agama.

Jangan disangka jadi malaikat cinta itu menyenangkan ya. Bagiku, manusia adalah makhluk paling tak masuk akal yang pernah diciptakan Tuhan. Apalagi kalau sudah bersinggungan dengan cinta, manusia jadi sangat membingungkan. That kind of thing is truly so rempong. Bisa dibayangkan kalau urusan serempong cinta harus dikombinasikan dengan hal sesensitif beda keyakinan. Absurd, repot, ruwet. Ini yang membuat fenomena pensiun dini sempat melanda para malaikat cinta di divisi cinta beda keyakinan beberapa saat lalu.

Namun, berdasarkan tren analisa, jumlah kisah cinta beda keyakinan menurun dalam beberapa tahun belakangan ini. Penyebabnya masih dalam penyelidikan. Jadi beginilah aku, malaikat cinta yang sepi proyek. Klienku tak seramai dulu. Sambil duduk ongkang-ongkang kaki di atas meja paling pojok pinggir jendela di kafe "Amo Te", tempat nongkrong resminya para malaikat cinta, aku mengamati 2 malaikat cinta dari divisi yang pamornya sedang melesat pesat, cinta bertepuk sebelah tangan. Mereka sedang berdebat tentang kapan deadline yang tepat bagi si pria untuk menyatakan cinta pada wanita yang jelas-jelas sudah punya kekasih.

"Klinthiing.."
Bunyi bel di atas pintu kafe berbunyi, tanda ada pengunjung yang masuk. Aku menoleh. Ah, bocah itu datang juga.

Namanya Danu. Dia first lead actor dari kasus nomor 121/B/006 yang kutangani. Sekian lama. Dan tak pernah beres.
Nah, dan yang baru saja datang, sambil tersenyum dan menyapa 'hei ondel!' lalu duduk di hadapan Danu adalah Brigita. Pacar Danu. Eh bukan, teman saja. Oke, basically Brigita adalah pacar Danu. Namun, untuk menjamin keselamatan kedua belah pihak, maka diputuskan bahwa status in relationship mereka tidak diunggah ke ranah publik. Keberadaan hubungan cinta mereka abu-abu. Antara ada dan tiada.

 Danu: "Katamu baru selesai kuliah jam 3? Ini baru jam 2 kok udah nongol aja?"
Gita: "Bolos lah. Habis males banget. Daripada tidur di kelas, gak merhatiin dosen, ntar malah bikin dosa"
Danu: "Bagus..bagus..tingkatkan.."
Dasar pasangan yang berpengaruh buruk terhadap perkembangan mental remaja.

Danu: "Gita, aku..."
Gita: "Stop! Pesen minum dulu boleh? Haus banget."
Danu menghela nafas dan menelan kembali kata-kata yang udah nyelonong sampai kerongkongan.
Gita: "Mas, milkshake stroberi satu! Cepet ya!"
Danu: "Muka aja sangar git, tapi minumanmu kok macam milkshake, mana pink lagi."
Gita: "Muka boleh sangar, tapi hati tetap pink"
Danu: "Hehe, aku jadi ingat, waktu pertama dulu kita ketemu. Aku nyenggol milkshake kamu dan numpahin fotokopian bahan ujianmu. Sumpah, kamu ngamuknya ngalahin macan pas itu"
Gita: "Hahaha. Kamu sih o'on banget."
Danu: "Udah lama banget ya kejadian itu. Udah hampir 5 tahun yang lalu"
Gita: "Iya ya Dan. Rasanya baru kemarin kenal kamu. Bertengkar, terus musuh-musuhan. Dan akhirnya jatuh cinta"
Nah lho. Aku mencium bau-bau masa lalu. Bocah dua ini ya, bikin repot. Agenda hari ini adalah perpisahan, bukan nostalgia hoy!
Penyeranta yg kugenggam berbunyi nyaring. Kubaca pesan singkat dari manager.
"Perubahan perencanaan untuk kasus 121/B/006. Masih diusahakan ending yang berbeda dari hasil meeting sebelumnya. Detailnya akan segera dikirim langsung oleh big bos".
Halah. Apa lagi ini? Sudah susah-susah menyusun perencanaan untuk perpisahan pasangan ini, eh malah big bos main mendadak ubah aja. Dan ini adalah kejadian yang ketiga kalinya. Big bos mengutak-atik skenario pasangan galau ini dan mempermainkan isi hati mereka. Hati adalah bagian termurni yang dimiliki manusia dan ini adalah wilayah teritorial si big bos. Kami, para malaikat tidak bisa sembarangan mengutak-atik perasaan, hanya boleh mempengaruhinya. Soal perasaan hanya big bos yang berwenang. Kami hanya bisa bermain-main di pikiran manusia. Inilah kenapa kasus mereka gak beres-beres. Mereka terlalu pakai perasaan. Logikanya gak dipakai, jadi gak bisa bantu banyak kan aku.
Kupandangi dua insan malang ini. Sudah berapa lama mereka terdiam seperti ini?

Danu: "Git, sebenarnya aku ajak kamu ketemu hanya untuk ngasih tahu. Aku dapat panggilan kerja."
Gita: "Ohya. Selamat ya. Dimana?"
Danu: "Papua"
Gita: "Apa harus sejauh itu?? Papua kan jauh banget"
Danu: (Apa kamu tahu? Hatimu bahkan berlipat kali lebih jauh.) "Itu kan menurut kamu yang jarak terjauh sepanjang hidup cuma rumah-kampus-mall"
Gita: (Bagiku, jarak terjauh yang pernah kutempuh adalah hatimu) "Jadi, kapan berangkat"
Danu: "Minggu depan"
Gita: "Cepetnya...."

Hening yang mendadak....
Danu dan Gita sibuk dengan perasaan masing-masing. Oke, dan aku harus bagaimana lagi ini? Kuputuskan membiarkan perasaan mereka sendiri yang pegang kendali.

Gita: "Lalu kita...."
Danu: "Kamu sudah dari dulu tahu bagaimana kita kan Git?"
Gita: "Jadi sekarang saatnya benar-benar menyerah? Dan Papua adalah saranamu menjauhkan diri dariku?"
Danu: "Git, agama adalah tembok paling tinggi dan paling berduri yang manusia bangun untuk memisahkan dua orang yang saling mencintai. Ini tembok yang tak pernah berani aku panjat."
Gita: "Meski ada aku di baliknya?"
Danu: "Banyak hal yang harus dikorbankan kalau kita memaksakan. Mungkin akan banyak yang terluka. Kamu tahu betapa kerasnya mamaku dan betapa traumanya ibumu soal perbedaan kita."
Sepersekian menit hanya berisi helaan nafas. Dan aku hanya mampu menonton.

Gita: "Oke, kalau kamu sudah siap pisah denganku, artinya aku juga harus sudah siap melepas kamu.
Danu: "Git?"
Gita: "Bukankah kamu pernah bilang, cinta itu membebaskan."
Danu: "Dan kamu bilang selanjutnya, kalau kita membebaskan cinta berarti kita harus siap kehilangannya"
Gita: "Kalau begitu, mari kita sama-sama belajar untuk tidak saling mencintai lagi"

Aduh, melodrama deh. Pisah ya pisah aja, sih. Jangan merepotkan diri sendiri, hai anak muda.

Danu: "Pasti bakal sulit..."
Gita: "..dan sakit."
Danu: "Sekarang pun sudah sakit, Git."
Gita: "Tapi kita pasti bisa kan, Dan?"
Danu: "Pasti, Gita. Pasti bisa."
Gita: "Mungkin, memang cerita kita dibuat seperti ini ya."
Danu: "Aku yakin kamu pasti akan dapat cerita lain yang jauh lebih bagus."
Gita: "Kamu juga"
Danu: "Sudah sudah, jangan sedih begini. Aku masih hutang mie ayam Pak Sabar sama kamu, kan? Jumat besok aku jemput pulang kuliah, kita makan di Pak Sabar. Jangan sampai nanti aku sudah di Papua kamu meneror aku atas nama mie ayam Pak Sabar"
Gita: "Hehe..iya iya..gak boleh sedih ya Dan. Teman?"
Danu: "Teman."
Gita: "Jadi, sampai ketemu besok Jumat di kampus. Sebagai teman."
Danu: "Iya, sebagai teman."

Dari semua laporan yang kubuat tentang kasus yang kutangani, pertemuan hari ini akan menjadi laporan paling sentimentil dan berkesan sepanjang karirku menjadi malaikat cinta di divisi cinta beda keyakinan. Tak banyak kisah di divisiku yang diakhiri dengan berjabat tangan nan sendu begini.
Walau aku tahu, hati mereka pilu, Danu tersenyum. Gita juga tersenyum.
Sungguh aneh ketika lelaki dan perempuan dimulai dengan 'kita hanya berteman' dan diakhiri dengan 'kita berteman saja'. 
Aku menuntaskan senyumku, saat dua makhluk yang sudah begitu lama saling mencintai memisahkan diri dan menanti pertemuan berikutnya. Sebagai teman.


0 komentar:

Posting Komentar